BILA RAMADHAN TELAH BERLALU

Rabu, 04 November 2009
Oleh: Abu Abdillah al-Atsari

Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinantikan kehadirannya oleh setiap insan, lantaran bulan ini dipenuhi dengan berbagai keutamaan dan pahala yang melimpah. Akan tetapi ada yang patut menjadi sorotan kita bersama, yaitu kebiasaan sebagian orang yang giat beribadah dan mengerjakan ketaatan hanya pada bulan ini saja, seolah-olah mereka tidak kenal Islam, shalat dan amal kebajikan kecuali pada bulan ini!!, bukannya kita melarang mereka berbuat baik pada bulan ini, tetapi yang kita ingkari adalah kebiasaan jelek yang terus berulang setiap tahun!!, bukankah kita ketahui bersama apabila Ramadhan telah berlalu banyak orang yang kembali bermaksiat?, bukankah kita juga melihat banyak dari para wanita yang di bulan Ramadhan menutup aurat setelah Ramadhan berlalu mereka kembali pamer aurat?? perkara inilah yang ingin penulis singgung pada kesempatan kali ini, sebagai nasehat bagi seluruh saudaraku-saudaraku seiman, semoga kita selalu taat, beribadah dan istiqamah beramal shalih pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya. Wallohul Muwaffiq.

Istiqamah Dalam Beramal Shalih
Saudaraku seiman, sesungguhnya agama Islam yang mulia ini mempunyai keistimewaan dibandingkan agama-agama samawi lainnya dari sisi praktek dan amalan. Islam adalah agama yang selalu mendampingi kehidupan para hambanya, tidak terpisah antara agama Islam dengan kehidupan yang kita lakoni, tidak terhenti ketika telah selesai dari suatu ritual ibadah. Islam menganjurkan para hambanya untuk terus beramal di setiap waktu dan tempat, baik pada bulan Ramadhan, Syawal, dan bulan-bulan lainnya. Tidak terhenti aktifitas seorang muslim dari amalan dan ibadahnya kecuali apabila ajal telah menjemputnya.
Alloh berfirman:
Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS.al-Hijr 99).
Sebagai contoh mudah adalah ibadah shalat, ibadah ini senantiasa kita kerjakan berulang-ulang, lima kali dalam sehari semalam, tidak boleh ditinggalkan walau bagaimanapun keadaannya. Kontinu dalam beramal tidak terbatas pada amalan yang wajib, yang sunnahpun dianjurkan pula untuk istiqamah. Aisyah telah menuturkan bahwasanya Rasulullah pernah bersabda;
أَحَبُّ اْلأَعْمَالِ إِلىَ اللهِ أَدْوَمُهَا وَ إِنْ قَلَّ
Amalan shalih yang paling dicintai Alloh adalah yang terus-menerus dikerjakan sekalipun sedikit. (Bukhari 6464, Muslim 782).
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jalur Aisyah pula bahwanya Rasulullah senang untuk istiqamah mengerjakan shalat. Adalah beliau apabila tertidur atau sakit hingga tidak bisa shalat malam, beliau shalat pada siang harinya 12 rakaat. (HR.Muslim 746).
Renungilah wahai para hamba Alloh, Nabi kita yang mulia beliau mengganti shalat malamnya yang terluputkan pada siang harinya, padahal kita tahu bersama shalat malam tidaklah wajib?!, ini tiada lain karena semangatnya beliau untuk istiqamah dalam beramal.

Keutamaan Istiqamah Dalam Beramal Shalih
Istiqamah dalam beramal shalih mempunyai keutamaan yang sangat banyak, bermanfaat di dunia dan akherat, diantaranya adalah;

1.Mendapat kecintaan dari Alloh
Orang yang senantiasa beramal shalih akan selalu berhubungan dengan Alloh, dia akan selalu menjaga kewajiban yang diembankan, mendekatkan diri kepada Alloh dengan amalan sunnah hingga menjadi hamba yang dicintai olehNya, kemuliaan apalagi yang lebih mulia dari ini semua? Rasulullah bersabda;
إِنَّ اللهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ, وَ مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ, وَمَا زَالَ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتىَّ أَحْبَبْتُهُ.
Alloh berfirman, Barangsiapa yang memusuhi waliku maka aku umumkan peperangan kepadanya. Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang paling Aku cintai daripada kewajiban yang Aku embankan kepadanya, dan senatiasa hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. (HR.Bukhari 6502, Baghowi 1248, Abu Nua’im 1/4).
Imam al-Faqihani mengatakan, “Makna hadits ini, apabila seorang hamba menunaikan kewajibannya dan melazimi amalan sunnah baik berupa shalat, puasa atau lainnya, maka hal itu akan mendatangkan kecintaan Alloh kepadanya”. (Fathul Bari 11/417).

2.Sebab terkabulnya do’a
Mayoritas manusia apabila ditimpa kesusahan baru akan bersandar kepada Alloh, namun pantaskah seorang hamba lupa kepada Alloh ketika senang dan hanya ingat kepadaNya ketika susah saja??. Kenali dan ingatlah Alloh tatkala senang, jangan lalai ketika mendapat nikmat, Rasulullah bersabda;
تَعَرَّفْ إِلىَ اللهِ فِيْ الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِيْ الشِّدَّةِ
Kenalilah Alloh tatkala lapang, niscaya Alloh akan mengenalmu tatkala susah. (HR.Tirmidzi 2516, Ahmad 1/293, Abu Ya’la 2556. Lihat al-Misykah 5302).
Sabdanya yang lain,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ اللهُ لَهُ عِنْدَ الشَدَائِدِ وَ الْكُرَبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِيْ الرَّخَاءِ
Barangsiapa yang ingin dikabulkan permohonannya ketika susah dan sempit, maka perbanyaklah do’a ketika senang. (HR.Tirmidzi 3382. Lihat as-Shahihah 593).

3.Tecegah dari perbuatan mungkar
Terus-menerus dalam beramal shalih akan melatih jiwa dari racun syahwat, menghalangi dari perbuatan yang tidak pantas. Alloh menyebutkan salah satu manfaat dari shalat dalam firmanNya;
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. (QS.al-Ankabut 45).

4.Tetap ditulis pahalanya sekalipun berhalangan
Apabila seseorang senantiasa beramal shalih, kemudian suatu ketika tidak bisa mengerjakan kebiasaannya karena suatu halangan, maka Alloh akan tetap menulis ganjaran amalan shalih yang biasa ia kerjakan. Rasulullah bersabda:
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيْمًا صَحِيْحًا
Apabila seorang hamba sakit atau sedang bepergian, akan tetap ditulis pahalanya seperti ketika dia sehat dan mukim. (HR.Bukhari 2996, Abu Dawud 3091).
Dalam riwayat yang lain Rasulullah bersabda,
مَا مِنْ امْرِئٍ تَكُوْنُ لَهُ صَلاَةٌ بِلَيْلٍ يَغْلِبُهُ عَلَيْهَا نَوْمٌ إِلاَّ كُتِبَ لَهُ أَجْرُ صَلاَتِهِ وَ كَانَ نَوْمُهُ عَلَيْهِ صَدَقَةً
Tidaklah seseorang terbiasa mengerjakan shalat malam kemudian suatu ketika tertidur, melainkan akan tetap ditulis pahala shalatnya dan tidurnya adalah sadaqah baginya. (HR.Abu Dawud 1314, Nasai 3/257, Ahmad 6/180. Dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Irwaa’ 2/205)

al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Ini adalah untuk orang yang biasa mengerjakan ketaatan kemudian terhalangi sesuatu, dan niatnya andaikan tidak ada halangan akan tetap mengerjakannya”. (Fathul Bari 6/136).
Ini adalah anugerah yang paling besar yang Alloh berikan kepada para hambanya, bahwa amalan mereka yang terus menerus dan menjadi kebiasaan apabila terhalangi karena sakit atau safar tetap akan ditulis ganjarannya secara sempurna. (Bahjah Qulubul Abrar hal.96).

Bagaimana Istiqamah Dalam Beramal Shalih ?
Pertanyaan ini sering muncul dari sebagian saudara-saudara kita yang menghendaki istiqamah dalam beramal, baiklah berikut ini kami berikan sedikit kiat-kiat agar bisa istiqamah dalam beramal shalih;

1. Memperbaharui taubat dan senantiasa istighfar
Karena hal itu akan menambah semangat dan kekuatan untuk istiqamah dalam beramal. Renungilah firman Alloh berikut ini:
Dan (Dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS.Huud 52).

2. Memilih amalan shalih sesuai kesanggupan
Amalan shalih banyak ragamnya, maka pilihlah amalan sunnah yang kira-kira kita sanggupi, tidak memberatkan dan bisa istiqamah di dalamnya walaupun hanya sedikit. Generasi salaf terdahulu merekapun berbeda-beda dalam beramal, diantara mereka ada yang banyak shalat malam, yang lain banyak dzikir dan tashbih, dan lain-lain. Akan tetapi perlu diperhatikan, hal ini bukan berarti menekuni dan mengkhususkan suatu amalan tertentu saja kemudian meninggalkan amalan yang lain, yang benar adalah memperbanyak sebuah amalan yang kita pandang mampu untuk istiqamah, dengan tetap mengerjakan amalan yang lain walau hanya sekali dua kali.

3.Jangan memberatkan diri
Jiwa sesuai tabiatnya sangat senang dengan hawa nafsu dan mudah bosan. Andaikan seseorang memberatkan dan memaksakan diri dengan suatu amalan yang tidak ia sanggupi, bisa jadi ia malah meninggalkan amalan itu secara keseluruhan, dan hal ini tercela. Rasulullah bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ! عَلَيْكُمْ مِنَ اْلأَعْمَالِ مَا تُطِيْقُوْنَ, فَإِنَّ اللهَ لاَ يَمَلُّ حَتىَّ تَمَلُّوْا
Wahai sekalian manusia, kerjakanlah amalan yang sesuai kesanggupan kalian, karena sesungguhnya Alloh tidak akan jemu hingga kalian sendiri yang merasa jemu. (HR.Bukhari 1970, Muslim 783).

4.Memohon pertolongan kepada Alloh
Taufiq, pertolongan datangnya dari Alloh semata. Seorang hamba membutuhkan pertolongan Alloh agar bisa terus beramal. Maka sudah menjadi kemestian bagi siapapun yang menghendaki istiqamah dalam beramal untuk bersandar dan meminta kepadaNya. Karena pentingnya kebutuhan ini, di setiap rakaat kita selalu mengulang do’a, Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan. Demikian pula tauladan kaum muslimin Rasulullah beliau selalu meminta pertolongan kepada Alloh dalam ibadahnya, sebagaimana do’a yang ia ajarkan kepada Muadz bin Jabal yang berbunyi;
اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلىَ ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِكَ
Ya Alloh, tolonglah aku untuk berdzikir kepadaMu, bersyukur kepadaMu dan memperbagusi ibadah kepadaMu. (HR.Abu Dawud 1522, Nasai 3/53, Ahmad 4/338, Ibnu Khuzaimah 724. Lihat al-Misykah 949).

5.Mengambil pelajaran dari orang yang tidak istiqamah dalam beramal
Maksudnya, jadikanlah hal itu sebagai pelajaran agar kita tidak mencontohnya. Karena orang yang tidak istiqamah dalam beramal shalih berhak mendapat celaan. Nabi pernah mengingatkan hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bahwasanya beliau bersabda,
يَا عَبْدَ اللهِ لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ, كَانَ يَقُوْمُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
Wahai Abdullah janganlah kamu seperti si fulan, dia dulu mengerjakan shalat malam kemudian meninggalkannya. (HR.Bukhari 1152, Muslim 1159).

Tinggalkan kemaksiatan selama-lamanya
Pada bulan Ramadhan semua orang memahami dengan baik hadits Rasulullah yang berbunyi;
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ, وَ غُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ
Apabila bulan Ramadhan tiba, dibukalah pintu surga, ditutup pintu neraka dan dibelenggu setan-setan. (HR.Bukhari 1899, Muslim 1079).
Berlandaskan hadits ini, banyak dari kaum muslimin yang semangat mengerjakan ketaatan pada bulan ini, masjid-masjid dipenuhi jama’ah shalat tarawih, pria, wanita, anak-anak kumpul meramaikan masjid, sampai orang yang tadinya tidak pernah shalatpun apabila bulan ramadhan tiba, semangat dalam mengerjakan kebaikan??, belum lagi acara-acara TV yang berlagak islami dengan menampilkan acara keislaman, para wanita yang biasa telanjangpun berubah seratus derajat dengan memakai busana muslim!!, akan tetapi lihatlah bagaimana setelah bulan Ramadhan ini berlalu?? mereka umumnya kembali kepada kebiasaannya masing-masing!!, seolah-olah ketaatan dan ibadah itu hanya khusus di bulan Ramadhan saja!!. Apakah pantas seorang hamba mengikuti setan setelah Ramadhan berlalu? apakah dibenarkan untuk menerjang dosa dan keharaman setelah ia beramal ketaatan?
Apakah berakhirnya Ramadhan berakhir pula rasa takut dan taubat kita kepada Alloh?. Tidak sekali-kali tidak!. Wahai orang yang berpuasa dan shalat serta orang yang mendapatkan malam lailatul qadr, apakah pantas setelah engkau dihapus dosamu kemudian engkau kembali bermaksiat lagi? tidakkah engkau ingat tatkala engkau menangis di malam Ramadhan atas segala dosamu, apakah engkau lupa akan tangisanmu yang baru beberapa hari saja?. Kita berlindung kepada Alloh agar tidak menjadi orang-orang yang hanya mengenal Rabbnya pada bulan Ramadhan saja.
Dikisahkan, ada sekelompok orang pada generasi terdahulu yang membeli budak wanita. Tatkala hampir dekat bulan Ramdhan, orang-orang ini bersiap-siap menyambutnya dengan makanan dan selainnya. Lantas budak wanita itupun bertanya, “Ada acara apa ini?” Mereka serentak menjawab, ‘”Kami bersiap-siap untuk menyambut bulan Ramadhan”, budak wanita itu akhirnya berkata, “Kalian tidak berpuasa kecuali di bulan Ramadhan saja? sungguh aku dulu hidup di sekeliling orang-orang yang seluruh waktu mereka adalah Ramadhan, kembalikan saja aku kepada mereka”. (Lathaiful Ma’arif hal. 378).
Sebagian salaf mengatakan, “Berpuasalah pada kehidupan duniamu dan jadikanlah berbukanya saat tiba kematian”.

Kehidupan dunia ini ibaratnya adalah bulan puasa bagi orang-orang yang bertakwa, mereka berpuasa dari syahwat dan keharaman, apabila telah datang kematian maka saat itulah berakhir bulan puasa mereka dan mereka merayakan hari berbukanya. (Lathaiful Ma’arif hal.378).
Maka barangsipa yang berpuasa pada kehidupan dunianya dari segala hawa nafsu, ia akan berbuka setelah kematiannya, dan barangsiapa yang tergesa-gesa untuk mendapatkan apa yang diharamkan padanya, maka ia akan disiksa untuk tidak mendapatkannya di akherat. Hal ini sesuai dengan gambaran al-Qur’an yang berbunyi:
Dan (Ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu Telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu Telah bersenang-senang dengannya; Maka pada hari Ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu Telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik". (QS.al-Ahqaaf 20).

Akan tetapi sangat disayangkan dan membuat hati ini menagis, keadaan kaum muslimin dewasa ini, mereka umumnya meremehkan perkara agama mereka, mereka hanya semangat pada waktu dan acara tertentu saja, apabila telah selesai, maka kewajibanpun kembali ditinggalkan, masjid kembali sunyi, larangan kembali diterjang, al-qur’an ditinggalkan, mereka tidak kembali beramal kecuali pada acara berikutnya.
Waspadalah dari perkara ini wahai saudaraku, tinggalkan dosa selama-lamanya, ucapkan selamat tinggal kepada dosa dan kemaksiatan, buang jauh-jauh, agar engkau selamat di dunia dan akherat, beribadahlah kepada Alloh di setiap waktu dan tempat hinga berjumpa denganNya. Alloh berfirman:
Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS.al-Hijr 99).

Potret Kehidupan Salaf Dalam Beramal Shalih
Sebaik-baik manusia adalah pada masaku, kemudian yang setelahnya dan setelahnya. Demikianlah ketegasan Rasulullah terhadap generasi terbaik ummat ini, yaitu para sahabat. Dalam beramal shalih para salafus shalih telah memberikan teladan kepada kita semua bagaimana seharusnya beramal shalih dan istiqamah diatasnya. Berikut sebagian perikehidupan mereka dalam beramal shalih.

1.Ali bin Abi Thalib tidak pernah meninggalkan sebuah amalan shalih setelah mendengarnya dari Rasulullah. Diceritakan bahwa Ali dan Fathimah pernah meminta seorang pembantu kepada Rasulullah, kemudian beliau menjawab, “Maukah kalian aku ajarkan kebaikan yang kalian minta? apabila kalian hendak tidur maka bacalah takbir 34 kali, tasbih 33 kali, dan tahmid 33 kali, maka hal itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu”. Ali berkata, “Sejak itu aku tidak pernah meninggalkannya”, ada yang bertanya, “Sampai sekalipun ketika malam perang siffin?” Dia menjawab, “Iya sampai perang siffin aku tetap mengerjakannya”. (HR.Bukhari 6318, Muslim 2727).

2.Adalah sahabat yang mulia Bilal selalu mengerjakan shalat dua rakaat setelah berwudhu. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Buraidah, bahwa Rasulullah pernah memanggil Bilal dan bertanya kepadanya, “Wahai Bilal dengan amalan apa kamu mendahuluiku masuk surga? tidaklah aku masuk surga kecuali aku mendengar suara sendalmu dihadapanku. Bilal menjawab, “Wahai Rasulullah, tidaklah aku adzan kecuali aku shalat dua rakaat terlebih dahulu, dan tidaklah aku berhadats kecuali aku berwudhu kemudian shalat dua rakaat”. Rasulullah menyahut, “Oh karena itu toh”. (HR.Tirmidzi 3690. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi oleh al-Albani).

3.Ummul Mu’minin Aisyah biasa mengerjakan shalat dhuha delapan rakaat, kemudian ia berkata, “Andaikan kedua orang tuaku dihidupkan kembali aku tetap tidak akan meninggalkannya”. (HR.Malik 1/153).

4.Apa yang diriwayatkan oleh Ummu Habibah bahwasanya Nabi bersabda, “Barangsiapa yang shalat empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat setelahnya, maka Alloh haramkan dagingnya tersentuh api neraka”. Ummu Habibah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan amalan itu sejak aku mendengarnya dari Rasulullah”. (HR.Nasai 3/265, Abu Dawud 1269, Tirmidzi 427. Lihat al-Misykah 1167).

5.Yang paling mengherankan dari ini semua adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (No.728). dia berkata, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abdullah bin Numair, telah menceritakan kepadaku Sulaiman bin Hayyan dari Dawud bin Abi Hind, dari Nu’man bin Salim dari Amr bin Aus dia berkata, telah menceritakan kepadaku Anbasah bin Abi Sufyan ketika sakit yang membuatnya meninggal dengan sebuah hadits yang membuatnya gembira, dia berkata, Ummu Habibah berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang shalat dua belas rakaat dalam sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga”.
Ummu Habibah berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan amalan itu sejak aku mendengarnya dari Rasulullah”.
Anbasah berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan amalan itu sejak aku mendengarnya dari Ummu Habibah”.
Amr bin Aus berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan amalan itu sejak aku mendengarnya dari Anbasah”.
Nu’man bin Salim berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan amalan itu sejak aku mendengarnya dari Amr bin Aus”.
Kita memohon kepada Alloh agar menetapkan kita diatas keimanan dan sunnah, memberi kita kekuatan untuk melaksanakan ketaatan kepadaNya dan memasukkan kita semua sebagai orang-orang yang bertakwa. Amiin. Allohu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Kasih Komentarnya:

Ikuti kajian rutin MANHAJUS SALIKIN setiap Jum'at bersama al-Ustadz Abu Abdillah Syahrul Fatwa Download pengajian Jum'at ini dengan judul "Sholat Jum'at (1)"